TUGAS BULAN PERTAMA
BAHASA INDONESIA 2
1.
PENALARAN ILMIAH
2.
BERPIKIR DEDUKTIF
3.
BERPIKIR INDUKTIF
NAMA : PUTRI NOVIA FADILANI
NPM :
27213028
DAFTAR
ISI
1. PENALARAN
ILMIAH……………………………………………. 1
1.1.Pengertian Penalaran………………………………………….….. 1
2. BERPIKIR
DEDUKTIF……………………………………………. 2
3. BERPIKIR
INDUKTIF…………………………………………….. 5
4. DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………….. 7
1.
PENALARAN
ILMIAH
1.1.
Pengertian
Penalaran
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah
proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan
yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir
lurus, efesien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan
diri atas prisip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan
seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam
segala kondisi.”
Dalam
sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran (reasioning) adalah
suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta
untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses
berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan
berdasarkan fakta yang relevan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa
fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Penalaran
mempunyai beberapa pengertian lainnya, yaitu :
a. Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan,
b. Menghubung-hubungkan fakta atau data
sampai dengan suatu simpulan,
c. Proses menganalisis suatu topik
sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru,
d. Mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan,
e. Pembahasan suatu masalah sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan baru.
Data yang
dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan harus berbentuk
kalimat pernyataan atau yang disebut dengan proposisi. Proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk
kalimat.
Ciri-ciri
penalaran sebagai berikut :
1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi
unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan
pada data yang valid.
2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran
tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau
menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3. Rasional, artinya adalah apa yang sedang
dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan
secara mendalam.
Menurut Minto Rahayu, (2007 :41), penalaran dapat dibedakan dengan cara
deduktif dan induktif.
2.
BERPIKIR DEDUKTIF
Deduksi
berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang
bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Dapat
disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung
pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya;
dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap
dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai
dengan realitas yang ada atau isi argumen deduktif benar menurut realitas
meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Penarikan
kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a.
Menarik
Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah
ikan. (simpulan)
b.
Menarik
Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan
secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama
bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
·
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang terdiri dari
dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis bersifat umum
disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan
disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan
kesimpulan harus ada term penengah.
Contoh: Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga
term yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor,
premis minor, dan simpulan.
Contoh:
·
Premis
mayor :
Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
·
Premis
minor :
Adi adalah siswa kelas 7 SMP
·
Kesimpulan : Adi wajib mengikuti
kegiatan OSPEK
3) Dua premis yang negatif tidak dapat
menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif,
simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan
dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak
dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila salah satu premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor yang khusus dan
premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.
·
Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau
premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya membenarkan konsekuen
begitu juga sebaliknya.
Contoh:
Jika besii dipanaskan, besi akan
memuai.
Besi
dipanaskan.
Jadi, besi
memuai
·
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis
minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak
alternatif lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai
Jadi, dia bukan seorang professor.
c.
Entimen
Entimen
adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah
diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contoh:
Dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
3.
PENALARAN
INDUKTIF
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Penalaran
induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus
dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai
proses penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang
bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus.
Beberapa bentuk penalaran induktif antara lain:
1.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat
tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika
dipanaskan, logam memuai.
Benar atau tidaknya simpulan dari
generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a. Data itu harus memadai jumlahnya
b. Data itu harus mewakili keseluruhan
c. Data-data yang bersifat khusus tidak
dapat dijadikan data.
2.
Analogi
Analogi adalah cara penarikan
penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
Contoh: Nina
adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
yaitu:
a. Meramalkan kesamaan.
b. Menyingkapkan kekeliruan
c. Menyusun klasifikasi.
3.
Hubungan
Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar
masalah, sebagai berikut:
a. Sebab – Akibat
Akibat
dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
b. Akibat- Sebab
Akibat-
sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
c. Akibat- Akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Filsafat Ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005
Pokies online casino - KDPintar
BalasHapusPokies casino · 바카라 Pokies casino · Pokies casino · Pokies 1xbet korean casino · Pokies casino · Pokies 온카지노 casino · Pokies casino · Pokies casino · Pokies casino · Pokies casino