Rabu, 07 Oktober 2015

PENALARAN ILMIAH, BERPIKIR DEDUKTIF, DAN BERPIKIR INDUKTIF




TUGAS BULAN PERTAMA
BAHASA INDONESIA 2


1.     PENALARAN ILMIAH
2.     BERPIKIR DEDUKTIF
3.     BERPIKIR INDUKTIF

NAMA       : PUTRI NOVIA FADILANI
NPM           : 27213028



DAFTAR ISI

1.      PENALARAN ILMIAH……………………………………………. 1
1.1.Pengertian Penalaran………………………………………….….. 1
2.      BERPIKIR DEDUKTIF……………………………………………. 2
3.      BERPIKIR INDUKTIF…………………………………………….. 5
4.      DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 7




1.     PENALARAN ILMIAH
1.1.       Pengertian Penalaran
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efesien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prisip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.”
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Penalaran mempunyai beberapa pengertian lainnya, yaitu :
a.       Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan,
b.      Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan,
c.       Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru,
d.      Mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan,
e.       Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan baru.
Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan harus berbentuk kalimat pernyataan atau yang disebut dengan proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk kalimat.
Ciri-ciri penalaran sebagai berikut :
1.      Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang valid.
2.      Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3.      Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Menurut Minto Rahayu, (2007 :41), penalaran dapat dibedakan dengan cara deduktif dan induktif.
2.     BERPIKIR DEDUKTIF
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Dapat disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya; dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai dengan realitas yang ada atau isi argumen deduktif benar menurut realitas meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a.     Menarik Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh:    Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
b.      Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
·        Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah.
Contoh:    Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1)      Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2)       Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
Contoh:
·         Premis mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
·         Premis minor  : Adi adalah siswa kelas 7 SMP
·         Kesimpulan    : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK
3)      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4)      Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)      Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)      Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)      Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.
·        Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh:    Jika besii dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai
·        Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif lain.

Contoh:    Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai
Jadi, dia bukan seorang professor.
c.       Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contoh: Dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam  sayembara itu.
3.     PENALARAN INDUKTIF
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif antara lain:
1.   Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:         Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a.       Data itu harus memadai jumlahnya
b.      Data itu harus mewakili keseluruhan
c.       Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2.    Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
Contoh:         Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
a.       Meramalkan kesamaan.
b.      Menyingkapkan kekeliruan
c.       Menyusun klasifikasi.
3.   Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah, sebagai berikut:
a.       Sebab – Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
b.      Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.       Akibat- Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Minto.2007.Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Jakarta: Grasindo.
Filsafat Ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005


1 komentar:

  1. Pokies online casino - KDPintar
    Pokies casino · 바카라 Pokies casino · Pokies casino · Pokies 1xbet korean casino · Pokies casino · Pokies 온카지노 casino · Pokies casino · Pokies casino · Pokies casino · Pokies casino

    BalasHapus